Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Adik-adik yang dirahmati oleh Allah, pernahkah kalian mengalami kesulitan dalam menuntut ilmu? Atau pernahkah kalian merasa tidak mengalami perubahan setelah menuntut ilmu, justru malah semakin sombong dan keras hati nya? Hal itu bisa jadi disebabkan karena kita belum membersihkan wadah ilmu, yaitu hati.
Seorang pedagang yang hendak menjual barang-barang berharga, membutuhkan tempat untuk meletakkan barang-barang berharga tersebut. Tempat tersebut harus aman, tidak kotor, dan material tempat harus kokoh. Begitupun seorang koki handal, sebelum memulai memasak ia memerlukan tempat untuk menyimpan bahan-bahan makanan agar tetap segar dan tidak busuk. Maka begitu juga dengan ilmu, tidak akan betah kecuali di tempat yang bersih.
Berkata Syaikh Sholih Al Ushoimi Rahimahullah,
“Bersihkan wadah ilmu, yaitu hati. Karena sesuai kadar sucinya hati, sebesar itupula kadar ilmu yang akan masuk kepadanya. Jika semakin bertambah sucinya hati, maka akan semakin bertambah penerimaannya terhadap ilmu. Siapa yang ingin meraih ilmu, maka perindahlah batinnya, sucikanlah hatinya dari segala najis.”
Beliau mengutip ungkapan yang sangat indah:
فالعلم جوهر لطيف لا يصلح الا للقلب النظيف
“Ilmu adalah permata mulia. Tidak akan cocok bertempat kecuali di hati yang bersih.”
Adik-adik yang dicintai oleh Allah, tolak ukur ilmu bukan hanya sekedar banyaknya hafalan, bukan cepat lambatnya dalam memahami ilmu, akan tetapi ilmu terbaik adalah yang membuat kita takut kepada Allah dan membuat hati kita menjadi lunak, serta membuat kita semakin rendah hati dan semakin mengagungkan Allah dan Rasul-Nya.
Berkata Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu,
“Ilmu itu bukanlah banyaknya (hafalan) riwayat, melainkan rasa takut kepada Allah” [Al Fawa’id, ibnu Qayyim Al Jauziyyah]
Setelah kita mengetahui pentingnya membersihkan hati sebelum menuntut ilmu, maka sudah sepatutnya adik-adik memperhatikan kebersihan hatinya. Berikut ini kiat-kiat membersihkan hati menurut Syaikh Sholih Al Ushoimi Rahimahullah,
Syaikh Sholih Al Ushoimi menjelaskan bahwa hati itu dikatakan bersih apabila bersih dari dua hal, yaitu :
- Bersih dari syubhat
- Bersih dari syahwat
Syubhat adalah pemahaman dan pemikiran yang menyimpang, serta keragu-raguan. Sedangkan syahwat merupakan keinginan-keinginan yang terlarang.
Dosa syubhat ini sangat berbahaya bagi pengidapnya, sebab berkaitan dengan penyimpangan dalam perkara agama. Pelaku syubhat mengira mereka berada di atas kebenaran padahal hakikatnya mereka sedang berada dalam lingkaran setan. Hal ini disebabkan karena kejahilan mereka terhadap ilmu dan tidak adanya orang atau asatidz yang menjelaskan ilmu kepada mereka. Sedangkan syahwat adalah perilaku maksiat, seperti ghibah, mengadu domba, dusta, fitnah, dan dosa-dosa lainnya. Orang yang mengikuti syahwatnya maka hatinya sulit dalam menyerap ilmu. Karena dosa-dosa tersebut menggelapkan hatinya, sehingga ilmu tidak betah tinggal didalamnya.
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ)
“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’” (HR. Tirmidzi).
Di antara dosa diatas, dosa syubhat lebih parah daripada dosa syahwat. Bahkan pelaku dosa syubhat lebih disenangi setan daripada pelaku dosa syahwat. Karena pelaku syubhat akan sulit bertaubat karena mereka mengira berada di atas kebenaran. Berbeda dengan pelaku syahwat yang di mana nalurinya masih menyadari bahwa yang dia lakukan salah. Maka dari itu, adik-adik yang dicintai oleh Allah, hendaknya kita senantiasa membersihkan hati kita setiap hari dengan senantiasa berdzikir, baik dzikir pagi petang maupun dzikir yang lainnya, bersitighfar minimal 100 kali dalam sehari, bertaubat kepada Allah, sholat malam, mengusap kepala anak yatim dan membaca dan mentadaburi Al-Qur’an. Semoga Allah senantiasa menolong kita dalam menuntut ilmu agama. Aamiin.
Daftar Pustaka:
- Anshori, Ahmad. 2018. “Agar Aku Sukses Menuntut Ilmu : #1 Bersihkan Wadah Ilmu, Hati. https://muslim.or.id/41419-agar-aku-sukses-menuntut-ilmu-1-bersihkan-wadah-ilmu-hati.html, diakses pada 16 Februari 2023.
- Hakim, Saifudin Muhammad. 2021. “Penyakit Yang Paling Berbahaya”. https://muslim.or.id/44783-penyakit-yang-paling-berbahaya.html , diakses pada 16 Februari 2023.