Firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Ashr ayat 1-3
وَٱلْعَصْرِ
1. Demi masa.
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِى خُسْرٍ
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Imam Syafii rahimahullah mengomentari surat Al-Ashr, beliau berkata:
لو ما انزل الله حجة على خلقه إلا هذه السورة لكفتهم
“Sekiranya Allah tidak menurunkan hujjah bagi makhlukNya kecuali surat ini saja, maka sungguh hal itu sudah mencukupi” [Tafsir Ibnu Katsir 8/499].
Salah seorang syaikh memberikan komentar atas perkataan Imam Syafii, beliau menyebutkan makna dari kalimat لكفتهم yaitu surat ini mengandung pokok-pokok agama dan kaidah-kaidah keimanan serta syariat-syariat islam dan wasiat-wasiat yang mulia. Cukup surat ini sebagai nasehat yang ringkas akan tetapi padat maknanya, sebagai motivasi bagi seseorang agar senantiasa belajar, beramal, berdakwah, dan bersabar. Sehingga apabila terkumpul empat hal tersebut dalam rutinitas seorang muslim, dia akan terbebas dari kerugian.
Dalam surat ini Allah ta’ala menjelaskan bahwa seluruh manusia benar-benar berada dalam kerugian. Kerugian yang dimaksud dalam ayat ini bisa bersifat mutlak, artinya seorang merugi di dunia dan di akhirat, tidak mendapatkan kenikmatan dan berhak untuk dimasukkan ke dalam neraka. Bisa jadi ia hanya mengalami kerugian dari satu sisi saja. Oleh karena itu, dalam surat ini Allah mengeneralisir bahwa kerugian pasti akan dialami oleh manusia kecuali mereka yang memiliki empat kriteria dalam surat tersebut [Taisiir Karimir Rohmaan hal. 934].
Apakah saya sudah menggunakan waktu saya sebaik mungkin?

Para ulama salaf terdahulu adalah orang-orang yang sangat memperhatikan waktu mereka dan berusaha menghindari aktivitas yang sia-sia. Jika kita membaca biografi para ulama tentang bagaimana mereka menjaga waktunya, maka seharusnya kita merasa tertampar dan terhina oleh sebab jadwal aktivitas kita sehari-hari. Seringkali apa yang mereka lakukan bagi sebagian dari kita akan menganggap hal tersebut tidak lazim.
Sebagian besar ulama salaf menghabiskan waktu mereka dengan membaca Al-Qur’an selama berada dalam perjalanan. Begitupun dengan Hasan Al-Bashry, salah satu ulama yang sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah. Beliau tatkala mendapati waktu luang, maka beliau bertasbih, memuji nama Allah.
Diceritakan, Majduddin Abu Al-Barakat, kakek Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau tatkala hendak masuk ke kamar mandi beliau menyuruh seseoang membacakan buku ilmu pengetahuan dengan jelas. Hal ini beliau lakukan karena tidak ingin waktunya berlalu begitu saja tanpa mendapatkan manfaat yang didapat.
Mereka menjaga waktu lebih daripada mereka menjaga harta mereka. Kita seringkali bersedih ketika harta dan perhiasan kita lenyap, entah itu karena hilang atau dicuri orang lain. Akan tetapi kita merasa santai tatkala hari-hari yang kita lalui hanya diisi dengan yang sia-sia.
Kita sudah mengetahui, bahwasanya manusia benar-benar berada didalam kerugian kecuali orang-orang yang memiliki empat kriteria yang disebutkan didalam Al-Quran surat Al-Ashr. Lalu, masihkah kita bersantai sementara waktu terus meninggalkan kita. Padahal Rasulullah telah mengabarkan kepada kita bahwasanya waktu luang merupakan kenikmatan, Akan tetapi banyak manusia yang terlena akan hal ini.
Juga seorang muslim yang duduk di majelis atau berjalan tanpa melakukan dzikir kepada Allah maka dia akan menyesal ketika di hari kiamat kelak.
Abu Hurairah Rhadiyallahuanhu meriwayatkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam:
“tidaklah satu kelompok orang yang duduk dalam sebuah majelis lalu tidak berdzikir kepada Allah azza wa jalla melainkan mereka akan merugi. Tidaklah seseorang yang melewati sebuah jalan lalu tidak berdzikir kepada Allah kecuali ia akan merugi. Tidaklah seseorang pergi ke tempat tidurnya lalu tidak berdzikir kepada Allah kecuali ia akan merugi.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Apabila terkumpul dua nikmat ini (kesehatan dan waktu luang) maka sungguh dia telah mendapatkan kenikmatan yang besar. Karena tidak bisa dikatakan sebagai nikmat apabila salah satunya hilang.
Ibnu Baththol mengatakan, ”Seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang memiliki dua nikmat ini (yaitu waktu senggang dan nikmat sehat), hendaklah ia bersemangat, jangan sampai ia tertipu dengan meninggalkan syukur pada Allah atas nikmat yang diberikan. Bersyukur adalah dengan melaksanakan setiap perintah dan menjauhi setiap larangan Allah. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, maka dialah yang tertipu.”
Maka hendaknya seorang hamba tidak terperdaya dengan kesehatan yang dia miliki hari ini, karena bisa jadi dikemudian hari Allah cabut nikmat sehat tersebut dan pada akhirnya dia tidak mampu melakukan amal sholih karena sakit yang dia derita.
Masa Mudamu Dihabiskan Untuk Apa?
Masa muda adalah masa kuat, mudah bergerak, dan indra sehat. Kelebihan tersebut tidaklah ditemukan kecuali pada anak muda, sebab saat masa tua tiba maka kekuatan fisik dan inderanya akan melemah. Oleh karenanya, agama islam sangat memberi perhatian khusus dan penjagaan penuh terhadap para pemuda. Mana kala terkumpul masa muda, waktu luang, dan banyaknya harta, maka akan mencelakakannya. Sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr dalam bukunya yang berjudul 15 nasihat mulia ulama salaf kepada para pemuda, seseorang telah berkata,
“Sesungguhnya masa muda, kekosongan waktu, dan kekayaan merupakan (faktor pendorong) kerusakan yang paling besar bagi seseorang”.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengkhususkan masa muda secara khusus karena urgensinya sangat besar dan perannya sangat penting. Bahkan masa muda sendiri akan ditanyakan secara khusus pada hari kiamat kelak. Dari Ibnu Mas’ud Rhadiyallahuanhu, bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Telapak kaki anak Adam tidak akan beranjak pada Hari Kiamat dari sisi Tuhannya sehingga dia ditanya tentang lima perkara: Tentang umurnya; untuk apa dia habiskan, tentang masa mudanya; untuk apa dia lewatkan, tentang hartanya; dari mana dia mendapatkannya dan untuk apa dia membelanjakannya, dan tentang ilmunya; apa yang dia lakukan dengannya.” (HR. Tirmidzi no. 2416: disahihkan oleh al-Albani dalam ash-Shahihah, no. 946).
Cukuplah hadits yang mulia tersebut sebagai cambukan bagi kita, bahwasanya masa muda kita pasti akan ditanya. Surga tidak diraih dengan tubuh yang bersantai-santai. Kunci agar kita senantiasa ditolong oleh Allah dan istiqomah menjalani hari-hari kita dengan ketaatan adalah dengan berdoa, meminta pertolongan kepada Allah agar dimudahkan oleh-Nya.
Pesan Untuk Para Pemuda
Firman Allah Ta’ala dalam surat Ali Imran ayat ke 18:
شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ قَآئِمًۢا بِٱلْقِسْطِ ۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Sumber:
- https://muslim.or.id/2535-tafsir-surat-al-ashr-membebaskan-diri-dari-kerugian.html
- https://muslimah.or.id/7233-2-nikmat-yang-banyak-dilalaikan.html
- https://rumaysho.com/634-nikmat-sehat-dan-waktu-luang-yang-membuat-manusia-tertipu.html
- https://tafsirweb.com/1150-surat-ali-imran-ayat-18.html
- Karimi, Izzudin. (2019). 15 Nasihat Mulia Ulama Salaf Kepada Para Pemuda. Jakarta : Darul Haq.