Oleh : Maheswari Murtazatrisiwi
Kalian tahu? Saat pertama kali aku sampai di hotel ini aku sudah curiga. Setiap malam, pasti selalu terdengar suara pintu terbuka sendiri. Tetapi menurutku, kasus ini berhubungan dengan Nadya. Mengapa? Karena dia selalu susah untuk dibangunkan setiap pagi. Padahal, di Arkan School Nadya sangat gampang dibangunkan. Hanya dengan memanggil namanya, dia akan bangun. Malam ini, aku akan selediki semua hal yang aneh itu. Almira, Zia dan yang lain-lainnya udah tidur, yup, semuanya sudah tidur. Tinggal aku yang belum tidur, aku hanya berpura-pura memejamkan mataku.
Kreeeek! Pintu kamarnya terbuka. Kreeek! Lalu pintu itu tertutup Kembali. Aku bangun, lalu mengambil hp sebagai senter nantinya. Aku mengantungi hp-ku, lalu membuka pintu perlahan-lahan. Ternyata dugaanku benar, yang keluar dari kamar itu Nadya. Dia sedang berjalan dengan mengendap-ngendap. Aku mengikutinya. Perlahan, akhirnya kami sampai di lobi. Lobi hotel masih terang, tapi tempat petugas resepsionisnya sudah kosong. Hanya satpam yang berjaga di pintu gerbang hotel. Tiba-tiba keluar cahaya yang menyilaukan. Cahaya itu keluar dari salah satu ruangan di lobi. Tapi seingatku, tidak ada ruangan di tempat keluarnya cahaya itu. Aku terus berjalan, cahaya itu semakin lama semakin menyilaukan. Tep! Aku sampai disebuah taman yang indah. Nadya masih berjalan.
“Nadya!” panggilku.
“Loh? Taza?” ujar Nadya kaget.
“ini dimana?” tanyaku gelagapan.
“Ikut saja” kata Nadya sambil tersenyum.
Taman itu sangat indah. Bunga bermekaran disana-sini. Masih terdapat tupai dan kelinci liar. Banyak kupu-kupu beterbangan. Criiiing! Terdengar bunyi aneh.
“Nasya!” kata Nadya senang.
“tepat!” ucap seseorang.
“siapa itu?” tanya aku.
“kamu lihat itu” jawab Nadya sambil menunjuk tempat di sebelah bunga tulip. Aku menoleh. Ternyata orang itu seorang peri yang cantik. Peri itu memeluk bunga.
“Ini untukmu. Kamu pasti teman Nadya kan?” tebak peri bernama Nasya itu sambil memberiku bunga tulip. Aku menerima bunga darinya, “iya” kataku.
“Ng… nasya, tolong, dong… kayak aku waktu itu!” Isyarat Nadya, Nasya tersenyum. Nasya mengambil bunga Melati, lalu menaruhnya di punggungku.
“kamu pilih warna apa? Biru atau putih?” tanya Nasya.
“hm… putih” jawabku bingung.
Clep! Melati itu menembus punggungku. “Ehhh?!” aku kaget akan kemunculan “itu” kamu tahu apa “itu?” sayap! Aku punya sayap!
“I… ini…?” aku terbelalak.
“Ssst! Itu wajar kalau aku memberimu sayap. Nadya juga punya kok” jelas Nasya. Aku melirik Nadya. Ya, Nadya baru saja mengepakkan sayapnya yang berwarna biru keputih-putihan.
“Ng… gimana caranya terbang?” tanyaku mulai tertarik.
“gampang. Kamu tinggal berpikir bahwa kamu terbang. Jika kamu ingin terbang ke kanan, pikirkan kamu terbang ke kanan, dan yang kiri sama saja caranya. Hanya satu yang perlu kamu ingat, yaitu konsentrasi. Okay? Sekarang cobalah!” jelas Nasya.
Aku mulai konsentrasi. Sreeet! Aku melihat… aku merasakan… aku terbang! “yohooo!” kataku. Aku melihat Nadya dan Nasya sedang duduk dibawah pohon yang rindang. Di depannya ada sebuah meja kecil, yang di atasnya terdapat biskuit dan teh manis.
“Hei, Taza! Turun! Ayo, kita minum teh!” panggil Nadya. Aku segera turun dan menghampiri mereka berdua. Saat aku sampai di bawah pohon yang rindang, aku merasakan sesuatu yang aneh. Criiiing! Alarm berbunyi. Aku melirik jam.
“tadi… itu hanya mimpi?” Gumamku.
“malam yang aneh menurutku…” Kata Taza.