Imam Az-Zarnuji dalam kitab beliau yang berjudul Ta’lim Muta’allim mengatakan, “ilmu itu mulia dan tidak ada kehinaan padanya. Dan ilmu hanya bisa didapatkan dengan dengan merendahkan diri terhadap ilmu tersebut. Dan tidak akan pernah didapati ilmu dengan kesombongan, dengan berleha-leha dan mengabaikan waktu dan haknya.”
Sehingga, kita akan menyadari bahwa menuntut ilmu itu berat, apalagi jika kita posisinya yang menyampaikan ilmu. Menuntut ilmu hanya untuk dua hal; 1. Paham 2. Amal. Sedangkan guru, kita dituntut paham, mengamalkan, dan mampu istiqomah terhadap apa yang kita katakana. Firman Allah Ta’ala :
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah: 44).
Jadilah Pengasuh untuk anak-anak
Sadarilah bahwasanya kita bukan hanya berperan sebagai pengajar, akan tetapi menjadi sosok pengasuh yang menginspirasi dan dicintai oleh siswa siswi kita. Sosok inspiratif itu tidak akan pernah hadir di tengah-tengah kita jika kita tidak pernah belajar dan berbekal dengn ilmu.
Tugas Utama Guru adalah Berdakwah
Target berdakwah bukan hanya agar paham dan melakukan, akan tetapi bagaimana dia bisa istiqomah. Dakwah butuh keikhlasan, ikhlas dengan segala konsekuensi maupun dengan fasilitas kerja yang seadanya. Dakwah juga sangat butuh ketakwaan kepada Allah, sebab kesulitan apapun jalan keluarnya adalah takwa. Ketakwaan ini tercermin dari bagaimana kita menjaga sholat kita, menjaga dzikir pagi petang kita, menjaga doa kita ditengah malam. Seringkali kita hanya mengandalkan pengalaman, padahal keberhasilan pekerjaan kita ini sangat membutuhkan pertolongan Allah. Pendakwah adalah orang yang mengusahakan hidayah, dan hidayah milik Allah subhanahu wa ta’ala. Kita tidak menginginkan anak-anak kita hanya paham soal dan bisa menjawabnya, tetapi target kita adalah seperti yang diharapkan oleh islam dan para tokok pendidikan islam.
Bekerja untuk Ibadah
Jika landasan kita bekerja untuk beribadah, maka ingat kata imam an nawawi “setiap sesuatu yang mubah yang dilakukan manusia, dia niatkan untuk ketaatan kepada Allah maka jadilah itu ibadah yang diberikan pahala atasnya.
Bekerja sebagai ajang menyambung tali silaturahmi
“Barangsiapa yang suka dipanjangkan umurnya dan dilapangkan rizkinya, maka hendaknya ia menyambungkan tali silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim). Akan bermanfaat jika kita bekerja untuk memperbanyak sahabat dan saudara.
Bekerja sebagai amal jariyah
Apapun yang kita berikan kepada Lembaga kita tidak akan sia-sia. Maka perbanyaklah berkarya. Allah berfirman dalam qur’an surat Al-Isra:7
“jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri”
Yang bisa kita lakukan misalnya, menulis doa-doa, menuangkan ide-ide dan gagasan untuk Lembaga kita.
Semua ini akan menjadi jariyah yang akan memperberat timbangan akhirat kita. Insya Allah.
Pengasuh adalah pendidik, tetapi pendidik belum tentu pengasuh
Pengasuh adalah orang yang memelihara anak dari segala macam bahaya yang mungkin menimpanya, menjaga Kesehatan jasmani dan rohaninya, menjaga makanan dan kebersihannya, mengusahakan pendidikannya hinga ia sanggup berdiri sendiri dalam menghadapi kehidupan sebagai orang muslim. (menurut para ahli fikih).
Definisi pendidik menurut Ki Hajar Dewantara adalah upaya menolong siswa untuk dapat melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri sesuai dengan ketetapan syariat dan norma sosial di masyarakat.
Mendidik dan mengasuh adalah tugas yang sangat berat, dan inilah tugasnya para Nabi
Ganjaran mengasuh ini sangat besar jika kita lakukan dengan Ikhlas. Setiap perbuatan baik anak tersebut akan dinisbatkan kepada kita, selaku pengasuhnya. Pekerjaan mendidik dan mengasuh juga merupakan pekerjaan para Nabi.
Tugas kita memelihara anak
“Tidaklah setiap anak kecuali dia dilahirkan di atas fitrah. Maka, bapak ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, atau menjadikannya Nasrani, atau menjadikannya Majusi.”
Allah sudah memberikan modal kepada setiap manusia, berupa akal dan pikiran sesuai dengan fitrahnya. Jadi, tugas kita hanyalah memelihara mereka dari segala bentuk kerusakan, baik dari makanan, pola pikirnya, kebiasaannya.
Strategi belajar terbaik adalah yang menangani kendala anak hingga tuntas
Sebagai guru kita diminta memenuhi 4 komponen; professional, pedagogik, kepribadian dan sosial.
Seorang guru pandai melakukan pendekatan
Dengan cara mengenali karakter anak, latar belakang keluarga anak, kesulitannya, kesukaannya. Jika dia berhasil melakukan pendekatan maka dia sudah selangkah lebih dekat dengan keberhasilan.
Seorang guru harus memperhatikan semua anak didiknya
Dia berikan nasihat kepada anak tidak didepan yang lain. Dengan perhatian, anak-anak akan mudah menjadi anak yang baik sesuai dengan harapan kita.
Layani anak dengan sebaik-baiknya
Guru adalah pelayan, sosok yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah murid-muridnya. Bukan justru yang menjadi bagian dari persoalan.
selengkapnya di youtube channel Arkan School TV : https://www.youtube.com/watch?v=gxV8lidw5Y4