Membentuk Konsep Percaya Diri dan Harga Diri Anak
Oleh: Yogi Kusprayogi, M.Psi., Psikolog
Kajian ilmiah yang bertajuk “Membangun Konsep Percaya Diri Anak” ini berlangsung pada hari Jumat, 7 Juni 2024. Acara dihadiri oleh para guru dan karyawan Arkan Islamic School. Mendatangkan seorang narasumber psikolog klinis ternama, yaitu Yogi Kusprayogi, M.Psi, yang akrab dipanggil Kak Yogi.
Dampak terbesar dari rasa percaya diri dan harga diri anak-anak adalah bukan ketika anak berani tampil di depan kelas, atau mampu menjadi delegasi sekolah dalam event besar, bukan seperti itu. Jadi, dampak terbesarnya ialah ketika perkembangan moralnya tinggi. Yaitu diilihat saat anak bisa membedakan yang baik dan buruk, benar dan salah. Apabila ada anak yang mudah melakukan maksiat, mencontek saat ujian, mudah berbohong, mencuri, maka harga dirinya rendah. Dengan demikian, anak yang telah matang harga dirinya, maka dia akan menjaga dirinya dari hal-hal buruk yang dianggap rendah oleh lingkungannya. Dalam hal ini jika standar moralnya ialah Islam, maka dia akan malu jika tidak solat, tidak puasa, dan tidak melakukan hal-hal yang diperintahkan oleh Allah Subhanahuwata’ala. Maka harga diri ini menyambung ke konsep khauf (rasa takut) dan akhlak.
Kebutuhan dasar manusia dalam tahapan perkembangannya meliputi psikososial, psiko seksual, kognitif dan moral. Saat anak-anak masih pada tahap usia 3-6 tahun (Paud/TK) kebutuhannya hanyalah inging ditemani, dihargai,distimulasi, dalam meningkatkan eksplorasinya. Selanjutnya, untuk kebutuhan tumbuh kembang anak usia SD (6-12 tahun) kebutuhannya ialah indestri. Indestri adalah kebutuhan anak-anak untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman (fisik&kognitif). Saat anak telah selesai dengan eksplorasinya, guru atau orang tua seharusnya memberikan feedback/evaluasi, sehingga dapat menunjang pembentukan karakternya demi meraih percaya diri anak untuk bertumbuh menjadi anak yang mandiri.
Pada proses pertumbuhan anak, terkadang dijumpai kondisi di mana anak hanya diam saja, terlebih saat berada pada lingkungan baru. Kondisi ini disebut selective mutism. Selective mutism adalah kondisi ketika seseorang mendadak tidak mampu berbicara pada situasi tertentu, misalnya di depan banyak orang atau dengan orang yang jarang ditemui. Kondisi ini umumnya berkaitan dengan gangguan kecemasan pada anak. Selective mutism atau bisu selektif bisa terjadi pada siapa saja, tetapi paling sering dialami oleh anak usia 2–4 tahun. Gangguan kecemasan ini biasanya pertama kali diketahui ketika anak mulai berinteraksi dengan orang-orang di luar keluarganya, seperti saat masuk taman kanak-kanak (TK) atau sekolah. Hal ini diperlukan perang guru yang dapat nenahani karakter setiap anak, baik dari sisi psikologisnya maupun hal lain yang ada pada diri anak tersebut. Guru harus bisa memberi kesan/respon positif kepada anak dalam bentuk perhatian, mau mendengar, dan tau apa yang anak harapkan, sekaligus bisa memberi bantuan.
Musuh terbesar dari harga diri adalah egois, egosentris, narsistik. Egosentris ini biasanya dialami oleh anak usia 2 sampai 6 tahun. Anak pada usia tersebut tentu belum bisa memahami orang lain, karena yang dia pikirkan hanyalah apa yang dia inginkan. Orang tua dewasa yang mendampingi anak usia tersebut harus bisa mengajarkan bagaimana agar anak tersebut bisa menunggu, sabar, memilih alternatif dan berusaha. Tiga hal sederhana tersebut adalah cara untuk mengatasi egosentris anak sehingga tidak tantrum. Apabila kebiasaan sabar, alternatif dan usaha ini telah ditanamlan sejak dini, maka harga diri anak akan muncul dan bertumbuh kembang dengan baik.
Aspek konsep diri terdiri dan dimensi internal dan eksternal. Dimensi Internal meliputi: identitas diri, perilaku diri, penerimaan diri. Sedangkan konsep dimensi eksternal antara lain: fisik (physical self), etika (moral self), pribadi (personall self), keluarga (family self), sosial (social self).
Berikut ciri-ciri anak yang memiliki percaya diri dan harga diri:
- Mampu menerima kekurangan dan kelebihan diri
- Cukup toleransi
- Ambisi tidak berlebihan
- Mental kuat
- Mudah beradaptasi
- Tidak mementingkan diri sendiri
Kesimpulan akhir yang dapat kita renungkan bersama ialah anak yang harga dirinya meningkat akan membentuk pribadi yang baik. Materi selengkapnya tentang kajian ilmiah ini bisa ditonton melalui youtube Arkan School TV.