Seminar Perpustakaan: “Membangun Brand Perpustakaan yang kuat : Program Perpustakaan Inovatif & Strategi Promosi Efektif Melalui Media Sosial”

Rabu, 07 Mei 2025, Kepala Perpustakaan Arkan Cendekia menghadiri seminar dan musyawarah daerah yang diselenggarakan oleh ATPUSI (Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia) Jawa Barat. Acara berlangsung mulai pukul 08.00 sampai 14.00 WIB di Aula Tikomdik lantai 3 Dinas Pendidikan Jawa Barat (Bandung). Dalam rangka meningkatkan kualitas layanan perpustakaan sekolah di era digital, Atpusi menghadirkan Dr. Angga Hadiapurwa, M.I.Kom., dosen Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dalam seminar bertema “Inovasi Perpustakaan Sekolah”. Seminar ini membahas secara mendalam bagaimana perpustakaan dapat bertransformasi menjadi pusat literasi dan pembelajaran yang relevan di tengah perkembangan teknologi informasi.

Tantangan dan Peluang Perpustakaan Sekolah

Dr. Angga memaparkan bahwa perpustakaan sekolah saat ini dihadapkan pada tantangan perubahan pola pembelajaran dan kebutuhan akan akses informasi yang cepat dan tepat. Sayangnya, belum semua sekolah menyadari pentingnya kolaborasi antara pustakawan dan guru dalam mendukung pembelajaran. Padahal, dukungan dari pimpinan sekolah sangat penting agar sinergi antarprofesi ini bisa optimal.

Namun demikian, kemajuan teknologi membuka peluang besar. Digitalisasi informasi, sistem otomasi perpustakaan, serta pemanfaatan alat seperti e-book, database online, hingga augmented reality (AR) dan virtual reality (VR), menjadi sarana potensial untuk meningkatkan minat baca dan efisiensi layanan perpustakaan.

Peran Sentral Pustakawan dalam Inovasi

Dalam seminar ini, ditekankan bahwa inovasi tidak bisa dilepaskan dari peran pustakawan. Kompetensi, kreativitas, dan keberanian pustakawan menjadi kunci utama. Melalui pelatihan, workshop, dan peningkatan keterampilan, pustakawan didorong untuk terus berkembang dan berani mengubah citra perpustakaan menjadi ruang yang dinamis, kolaboratif, dan menyenangkan.

Kolaborasi lintas fungsi juga menjadi sorotan penting. Guru dan pustakawan perlu bekerja sama dalam proyek-proyek interdisipliner agar perpustakaan tidak hanya menjadi tempat menyimpan buku, tetapi juga menjadi pusat kegiatan literasi informasi dan produksi pengetahuan.

Contoh Program Inovatif

Beberapa contoh inovasi yang disampaikan antara lain:

  • Digital Library: Pemanfaatan platform buku digital seperti iPusnas, Candil, dan Budi Kemendikbud.
  • Library Makerspace: Menjadikan perpustakaan sebagai tempat kreatif seperti workshop menulis, membuat kerajinan, atau berkebun.
  • Student Leadership: Melibatkan siswa sebagai duta literasi atau asisten pustakawan.
  • Gamifikasi Literasi: Sistem poin dan penghargaan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan literasi.
  • Pemanfaatan AR dan VR: Sebagai media pembelajaran dan eksplorasi informasi yang imersif.

Seminar ini memberikan wawasan bahwa inovasi perpustakaan tidak harus rumit atau mahal, namun perlu didorong dari kebutuhan pemustaka, tersedianya teknologi pendukung, serta semangat pustakawan untuk berinovasi. Di era society 5.0, perpustakaan sekolah harus siap bertransformasi menjadi pusat literasi digital dan pembelajaran yang menyenangkan bagi generasi muda.

“Inovasi hanya akan bermakna jika menyelesaikan permasalahan yang dihadapi pustakawan dan pemustaka,” tutup Dr. Angga.

Diskusi Panel yang kedua dilanjutkan oleh narasumber Dr.Ira Mirawati. Beliau adalah dosen dari Universitas Padjadjaran. Dalam pemaparannya, Bu Mira mengangkat judul: From Rak Buku to Reels: Strategi Branding Perpustakaan Masa Kini.

“Satu-satunya hal yang benar-benar harus kamu ketahui adalah lokasi perpustakaan.” – Albert Einstein

Di tengah perkembangan teknologi dan gaya hidup digital, perpustakaan menghadapi tantangan untuk tetap relevan dan menarik di mata generasi masa kini. Salah satu kunci keberhasilannya terletak pada branding.

Mengapa Branding Perpustakaan Penting?

Branding bukan hanya soal logo atau tampilan visual. Branding adalah tentang persepsi—bagaimana pengguna memandang dan merasakan pengalaman mereka dengan perpustakaan. Strategi branding yang tepat mampu:

  • Meningkatkan keterlibatan pengguna (engagement)
  • Menumbuhkan kepercayaan terhadap layanan perpustakaan
  • Meningkatkan profesionalisme dan citra institusi

Media Sosial: Jembatan Komunikasi Modern

Platform seperti Instagram, TikTok, YouTube, hingga LinkedIn menjadi sarana strategis untuk menjangkau khalayak luas. Kunci sukses branding di media sosial meliputi:

  1. Menentukan tujuan yang jelas
  2. Konsisten membuat dan membagikan konten
  3. Membangun emosi dan keterlibatan
  4. Adaptif terhadap tren
  5. Melibatkan staf dan kolaborasi

Ciri Brand Perpustakaan yang Kuat

Sebuah perpustakaan dikatakan memiliki branding yang kuat jika:

  • Memiliki identitas visual dan non-visual yang konsisten (warna, font, tone)
  • Aktif berkomunikasi di media sosial
  • Dikenal dan direkomendasikan oleh pengunjung
  • Menawarkan layanan yang inovatif dan relevan

Langkah-langkah Membangun Branding Perpustakaan

Berikut ini enam langkah strategis dalam membangun branding perpustakaan yang efektif:

1. Tentukan Media Utama

Pilih platform yang paling cocok untuk target audiens Anda. Gunakan nama akun yang mudah diingat dan lengkapi bio secara informatif.

2. Buat Konten yang Menarik dan Variatif

Gunakan berbagai format konten seperti:

  • Foto: Rak buku estetik, ruang baca nyaman, kutipan harian
  • Video: Tips mencari buku, tur virtual, kegiatan harian pustakawan
  • Audio: Cuplikan podcast literasi
  • Infografik: Panduan akses layanan, data statistik

Contoh konten kreatif:

  • “5 Buku yang Bikin Kamu Betah di Perpustakaan”
  • “Rekomendasi Buku Saat Hujan”
  • Meme literasi versi pustakawan

3. Libatkan Audiens

Interaksi adalah kunci. Lakukan polling, repost story pengunjung, adakan challenge seperti #BookSelfieChallenge, dan buka sesi tanya jawab.

4. Gunakan Konsistensi Visual

Gunakan elemen visual yang konsisten seperti logo, warna khas, font tetap, serta hashtag seperti #PustakaKita atau #BacaItuKeren. Template konten bisa dibuat dengan Canva agar mudah dikelola.

5. Jadwalkan & Rencanakan Konten

Buat kalender konten bulanan yang mengikuti momen-momen penting seperti Hari Buku Nasional, ulang tahun tokoh literasi, atau tren literasi terkini.

6. Evaluasi dan Adaptasi

Pantau insight dari setiap konten. Pelajari konten mana yang paling disukai, lakukan A/B testing, dan dengarkan umpan balik dari pengikut Anda.

Branding perpustakaan bukan hanya strategi visual, tapi tentang membangun hubungan emosional dan persepsi positif dari pengguna. Dengan pendekatan yang kreatif dan konsisten, perpustakaan bisa menjadi ruang yang tidak hanya fungsional, tetapi juga inspiratif dan relevan di era digital.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *