Hari ini, Syifa sudah berangkat ke sekolah. Bunda bersiap berangkat ke toko.
“Mbak, nanti kalau Syifa makan siang, tolong dinasihati ya,” ucap bunda sebelum keluar rumah. “Akhir-akhir ini anak itu sering membuang makanan.”
“Masa? kok aku tidak tahu?” tanya bude sembari menggendong Azka.
“itulah, makanya aku persen sama Mbak. Syifa agak aneh akhir-akhir ini. Makannya sering nambah, tapi tidak pernah dihabiskan. Dia juga sering makan mendahului atau belakangan. Jadinya aku tidak sempat mengontrol apakah makanannya habis atau tidak.”
“Oh, iya. Tadi pagi dia juga tidak makan di meja makan. Makannya di ruang tamu. Jadi aku tidak lihat, habis atau tidak makannya. “Baik, nanti aku ingatkan.”
“Terima kasih, Mbak. Aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Bunda sudah berangkat, tinggal Bude dan Azka. Azka bermain di halaman, tertarik dengan seekor kupu-kupu yang sedang berterbangan di taman.
“Ayo Azka, mandi!” seru Bude.
Azka berlari melewati garasi. Bude mengejarnya. Azka paling tidak suka bila disuruh mandi. Ia pasti berlari-lari berkeliling rumah, tapi Bude selalu berhasil menangkapnya.
Tiba-tiba terdengar jeritan Azka. Bude bergegas menyusul Azka ke lorong garasi. Pasti Azka digigit semut lagi.
Azka menjerit ketakutan, dan berlari keluar dari lorong garasi. Dia menabrak jemuran. Untung saja Bude segera datang dan menggendongnya. Tapi, jemuran roboh bersama semua baju yang masih basah.
“Kenapa Azka? mana yang digigit semut?” tanya Bude panik.
“Miaaaw….”
Bude terkejut. Ada seekor kucing yang sangat jelek, di pintu dapur. Sepertinya dia tidak bisa berjalan.
“Hush! itu kucing, Azka. Tidak apa-apa. Biar Bude usir!”
Kucing itu meringkuk di sudut garasi, di dekat sebuah kardus. Bude mendekati kucing itu perlahan. Sepertinya dia sedang sakit dan terluka. Ketika Bude mendekat, dia semakin merapatkan tubuhnya di pojok garasi, berada di antara kardus dan tembok. Bude melongok ke dalam kardus. Di kardus itu ada lap dan handuk. Bude mengenali itu adalah handuk Azka ketika masih bayi. Dan di dalam kardus itu banyak tulang ikan.
Seketika Bude memahami sesuatu.
“Hmm…. ini rupanya rahasia Syifa.”
Syifa diam saja ketika Bude menasihatinya. Bahwa Syifa tidak boleh lagi membuang-buang makanan.
“Mubazir itu teman setan, Syifa. Kamu sudah tahu itu kan?”
Syifa mengangguk. Ia sudah tahu kalau makan harus dihabiskan. Selama ini, ia selalu melakukan hal itu.
“Apa kamu membuang sisa makanan ke tempat sampah?” tanya Bude”
Syifa diam.
“Apa untuk …. yang di dalam kardus itu?” tanya Bude lagi.
Syifa terkejut. Jadi, Bude sudah tahu! Syifa menatap Bude khawatir. Sepertinya, Bude akan marah besar. Tapi, Bude kok tersenyum?
“Iya Bude sudah tahu. kamu menolong kucing itu kan?” tanya Bude lembut, sambil mengelus tangan Syifa.
“Iya, Bude. Kasihan kucing itu. Tidak bisa jalan. Di tubuhnya banyak luka. Jadi Syifa kasih makan setiap hari.”
“Sudah berapa lama dia di sini?” tanya Bude.
“Sudah tiga hari,” sahut Syifa, “dan tidak ada yang tahu. Bude .. jangan kasih tahu Bunda yaa….”
Bude diam, tidak menjawab.
“Budeee …kasihan kucing itu. Jangan kasih tahu Bunda yaaa….”
Bude tersenyum dan mengangguk. Tapi sebenarnya Bude bingung, bagaimana caranya biar Bunda tidak tahu? Bunda pasti segera tahu.